Sejarah tanah air pasti mengenal sosok-sosok pahlawan perjuangan.
Mereka adalah para penegak keadilan dan cikal bakal pejuang dimana saat ini masyarakat tanah air bisa hidup dengan tentram dan diakui oleh negara luar sebagai sebuah negara yang merdeka. Untuk itulah, sudah sepantasnya rasa syukur dan penghargaan yang besar kita berikan pada mereka yang telah gugur di medan perang demi memperjuangkan hak dan miliki anak cucunya dimana depan.
Ada cukup banyak orang-orang berjasa yang berkontribusi dalam menegakan kemerdekaan di tanah air ini. Selain dari sosok-sosok yang besar seperti para proklamator dan pejuang-pejuang hebat lainnya, kita tentu mengenal dengan sosok seorang pejuang perempuan yang dengan tangguh dan tak pernah gentar memperjuangkan haknya sebagai seorang perempuan.
Jasa besarnya dan perjuangannya yang tak kenal lelah, membuat para pejuang perempuan kita tak ayalnya setara dengan para pejuang laki-laki dalam menegakan keadilan dan kesetaraan diantara pria dan wanita.
Adalah Raden Adjeng Kartini sesosok pejuang perempuan yang dikenal dengan jasanya yang begitu besar dalam memperjuangkan apa yang menjadi hak perempuan. Jaman dahulu perempuan seringkali dipandang sebelah mata dan tidak diperkenakan untuk berada satu level sejajar bersama dengan para kaum pria.
Perempuan adalah sosok yang melayani dan tingkatannya satu level lebih rendah dibandingkan dengan para lelaki. Bila para laki-laki diberikan kebebasan untuk berjuang, terlibat dan belajar serta menggapai impiannya setinggi mungkin, tidak halnya dengan perempuan.
Saat jaman penjajahan dulu, perempuan cukup berada di dapur dan bisa melayani suami mereka. Menyiapkan makanan, menyajikan hidangan dan menjaga anak-anak adalah kewajiban para perempuan. Sehingga pada saat itu, para perempuan tidak diperkenankan untuk ikut terlibat dalam segala bentuk perjuangan atau pun pergi menuntut ilmu.
Akan tetapi, semangat seorang RA Kartini rupanya mampu merubah stigma masyarakat tanah air saat itu. Meski perjuangannya tidak mudah ia jalani, akan tetapi semangatanya tak pernah luntur untuk terus memperjuangkan apa yang menjadi hak perempuan.
Daftar Isi
Sejarah RA Kartini
Lahir dari keluarga bangsawan di Jawa dan merupakan anak tertua dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Ia adalah anak pertama dari istri pertama namun bukan istri yang utama. Hal ini dikarenakan sebelum menjabat menjadi seorang Bupati Jepara, ayah Kartini mulanya adalah seorang wedana di Mayong.
Aturan yang dibuat para koloniallah yang pada saat itu mengharuskan seorang bupati memiliki isterei seorang bangsawan. Karena ibu Kartini M.A Ngasirah bukanlah seorang bangsawan berkedudukan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan bangsawan yang merupakan keturunan langsung dari Raja Madura.
Kakak laki-laki Kartini, Sosrokartono adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa, sehingga hal ini membuat Kartini diperbolehkan untuk bersekolah di ELS yang merupakan kepanjangan dari Europese Lagere School. Dari sini pula ia belajar bahasa Belanda dengan begitu tekun yang pada akhirnya membuat Kartini menguasai bahasa orang-orang Belanda.
Kepiawaiannya dalam berbahasa asing membuat Kartini senang membaca, ia seringkali membaca surat kabar dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda. Sejak saat itu, timbul minat dan ketertarikannya pada kemajuan cara berpikir perempuan Eropa . Dari sinilah timbul keinginan pada diri Kartini untuk memajukan perempuan pribumi, karena pada saat itu ia melihat bahwa perempuan tanah air berada pada status sosial yang rendah.
Sayangnya, minat dan rasa ingin tahu Karitini yang masih begitu besar, membuat mimpinya dalam memajukan perempuan pribumi harus terhenti sejenak kala dirinya dinikahkan pada seorang bupati dari Rembang.
Di usianya yang ke 24 tahun Kartini secara resmi diperistri oleh K.R.M Adipati Ario Djojo Adhiningrat pada 12 Novemer 1903. Akan tetapi, keberuntungan rupanya masih berpihak padanya. Suaminya mengerti benar keinginan Kartini dan memberikan kebebasan padanya serta mendukungnya untuk mendirikan sekolah wanita sebelah pintu timur gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, yang mana kini bangunan ini telah berubah menjadi Gedung Pramuka.
Dari serangkaian perjuangan yang dilakukannya, masih ada banyak fakta menarik yang dilakukan oleh Kartini demi mewujudkan mimpinya mengangkat citra dan kondisi sosial para perempuan pribumi.
Nah, untuk mengetahui apa saja fakta unik tersebut, mari simak beberapa hal dibawah ini.
Fakta Menarik Seputar RA Kartini
1. Rela Dinikahkan dengan Duda Beranak 7 Demi Wujudkan Impiannya
Perjuangan besar seorang Kartini bukan hanya wacana belaka. Minatnya yang besar terhadap pendidikan dan impiannya memajukan kondisi sosial wanita di Indonesia sampai membuat Kartini rela dinikahkan dengan seorang duda beranak tujuh yang sebelumnya sudah pernah menikah sebanyak 3 kali. Ya, bupati Rembang yang dinikahi oleh Kartini adalah orang yang sekaligus mendukung niatannya untuk mendirikan sekolah wanita di Rembang.
2. Mengambil Pengetahuan dari Elit Belanda Untuk Perempuan Indonesia
Kedekatannya bersama dengan orang-orang Belanda bukan hanya terjalin karena ia adalah bagian dari bangsawan. Kepasihannya dalam berbahasa Belanda membuat Kartini cukup mudah diterima dan belajar banyak dari para elit Belanda. Dan ilmu pengetahuan yang didapatnya ini tidak diambilnya dan dinikmatinya seorang diri melainkan dibagikannya bersama dengan kaum perempuan di Indonesia.
3. Kartini Membumikan Ajaran Agama
Sosok Kartini pernah memberikan hadiah pada seorang guru mengajinya yakni Syekh Soleh Darat agar semua ajaran agama yang dipelajarinya diterjemahkan kedalam bahasa Jawa sehingga semua orang dapat memahami pelajaran tersebut dengan lebih baik.
5. Kartini Pernah Mengirim Surat dan Foto Paus
Surat dan foto ini diberikan Kartini pada Mr. Abendanon dalam bentuk ukiran Jepara yang cukup mewah. Hal ini disampaikannya sebagai bentuk perhargaan dan menunjukan bahwa ia adalah seorang muslim dan menghargai perbedaan agama lain.
6. Dari Gelap Menuju Terang
Buku R.A Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” adalah salah satu karyanya yang begitu dikenal hingga sampai saat ini. Buku ini awalnya diberikan judul “Dari Gelap Menuju Terang”. Buku yang berisi sekumpulan surat-surat R.A Kartini yang ditulis sahabat-sahabatnya di Eropa ini disusun oleh J.H. Abendanon, seorang Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda, yang sekaligus merupakan salah satu sahabat pena R.A Kartini pada saat itu.
7. Wafat Selepas Melahirkan
Menikah di usia 24 Tahun bersama dengan seorang bupati, membuat Kartini dianugerahi seorang bayi dalam kandungannya. Sehingga akhirnya diusianya yang ke 25 tahun pada tahun 1904 ia melahirkan puteranya yang diberinama Soesalit Djojoadhiningrat. Sayangnya belum lama selepas melahirkan buah cintanya bersama dengan pasangannya, ia harus berpulang. Konon nama Soesalit merupakan singkatan dari bahasa Jawa “susah naliko alit”, karena anaknya tidak pernah mengenal ibunya.
Itulah dia beberpa fakta unik dari seorang pejuang perempuan tanah air. Saat ini hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April, hari pahlawan ini ditetapkan oleh pemerintah Ir. Soekarno tanggal 2 Mei 1964 melalui Keppres No. 108.
Bagaimana menarik bukan? Bantu kami share artikel ini dengan klik tombol share berikut ini.